<strong>Teladan Kedermawanan Pejabat Kesultanan Turki Utsmani di Bulan Ramadan</strong>

Teladan Kedermawanan Pejabat Kesultanan Turki Utsmani di Bulan Ramadan

Oleh: Sherrindra Avedta Ketua Departemen Research PWK MES Turki

Ramadan merupakan momen yang penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Selama satu bulan penuh, umat Islam berpuasa, menahan lapar, dahaga, serta nafsu manusiawi dari fajar hingga senja. Kesultanan Utsmaniyah yang bertahan selama lebih dari enam abad, juga memandang Ramadan adalah bulan penting dalam kalendernya. Para pejabat Utsmaniyah terkenal dengan kemurahan hatinya selama bulan Ramadan karena mereka percaya bahwa bulan ini adalah waktu untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap Islam dan membantu mereka yang membutuhkan.

Para pejabat Utsmaniyah biasanya menyediakan makanan dan minuman untuk orang miskin dan membutuhkan selama Ramadan. Hal ini dilakukan melalui pembagian makanan saat berbuka puasa. Di Istanbul misalnya, Sultan bahkan secara pribadi membagikan makanan buka puasa kepada orang miskin setiap harinya selama Ramadan. Selain itu, para pejabat lain dan para pedagang yang kaya juga sering mendirikan tenda buka puasa umum, di mana siapa pun dapat datang dan makan gratis. Mereka memulai buka puasa dengan makanan pembuka: kurma dan air (sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad saw.), buah-buahan segar atau kering, serta sepotong roti dengan yogurt dan lemon. Lalu makanan dalam hidangan utama sangat bergantung pada preferensi pribadi, tetapi makanan yang banyak disebutkan dalam dokumen sejarah antara lain sup, irisan keju, telur, ikan, nasi (terutama pilaf) dan kue kering. Setelah makan, banyak Muslim akan pergi ke masjid untuk sholat malam.

Para pejabat Utsmaniyah juga aktif melakukan sumbangan amal, termasuk memberikan uang kepada orang miskin, mendanai pembangunan masjid dan lembaga keagamaan lainnya, serta mendukung pendidikan bagi kaum muda. Para pejabat Utsmaniyah di berbagai provinsi dan wilayah di Turki mengumpulkan dan mendistribusikan zakat fitrah di antara rakyatnya pada malam terakhir atau kedua bulan Ramadan.

Berita terkait  Bijak Menghadapi Kemudahan Transaksi di Era Digital

Para pejabat Utsmaniyah juga mengakui pentingnya solidaritas sosial selama Ramadan. Mereka percaya bahwa Ramadan adalah waktu untuk bersatu sebagai komunitas untuk saling mendukung. Karena itu, mereka sering mengadakan acara dan festival komunitas, festival berbuka puasa, termasuk parade dan pertunjukan kembang api sebagai penanda akhir Ramadan dan awal Idulfitri.

Festival mantel suci (jubah Nabi Muhammad saw.) adalah salah satu festival yang penting pada bulan Ramadan di Istana Utsmaniyah. Pada hari kedua belas Ramadan, para pejabat bersama Sultan biasanya membawa mantel suci ke Ruang Revan, lalu ruangan disapu, dicuci dengan air mawar, aloe vera dan amber yang sudah dibakar sebelumnya. Undangan telah dikirim ke pejabat yang akan bergabung dalam upacara ini. Selama kunjungan ini, qari yang bersuara merdu membacakan Alquran. Sultan Utsmaniyah kemudian biasa membuka peti perak dengan kunci emas yang berisi Mantel Suci, menggosokkan kain tipis ke Mantel Suci, dan membagikannya kepada para pengunjung.

Kedermawanan lain dilakukan oleh beberapa pejabat tinggi pemerintah dengan membuka pintu rumah mereka. Catatan perjalanan dari Evliya Çelebi menyebutkan bahwa pada awal Ramadan, Melek Ahmed Pasa membagikan berbagai barang berharga seperti pakaian mahal, bejana, senjata, baju besi, senapan permata, pedang, bulu musang, dan tasbih karang untuk para pekerja dan pelayan. Hal itu dilakukan sebagai imbalan atas aktivitas mereka yang rajin dan aktif membaca Alquran.

Setiap Senin dan Jumat malam selama bulan Ramadan, pintu rumahnya dibuka untuk umum, disediakan sirup buah, daging, manisan pistachio dan almond yang musky, sementara mereka sambil mendengarkan bacaan Alquran dari orang-orang yang datang ke rumahnya. Bahkan Istana tempat Sultan tinggal juga penuh dengan tamu tak diundang selama bulan Ramadan.

Berita terkait  Kenal Risiko Kanal Rezeki

Selain itu, Sultan dan para pejabatnya juga menggunakan momen Ramadan untuk berkurban baik di masjid maupun di tempat umum seperti jalan terbuka atau gerbang utama kota. Daging kurban itu lalu dibagikan kepada orang-orang biasa terutama yang miskin dan membutuhkan.

Keberkahan dan persaudaraan bulan suci Ramadan dapat dirasakan di seluruh wilayah Utsmaniyah oleh semua kalangan dari yang Muslim, Kristen, hingga Yahudi secara setara. Tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin atau berdasarkan keyakinan, ras, atau bahasa di Kesultanan Utsmaniyah. Orang Yunani, Armenia, dan Yahudi, atau dengan kata lain komunitas asing, semuanya diperlakukan sebagai warga negara kelas satu dan tidak dianggap berbeda dengan Muslim. Orang miskin dilindungi atas rida Allah dan orang-orang di luar muslim diperlakukan dengan adil dan penuh toleransi. Semuanya hidup dengan penuh cinta dan kasih sayang serta saling membantu dalam segala hal.

Sudah semestinya kita yang ada di zaman sekarang juga melembutkan hati dengan semangat hangat bulan Ramadan, memperlakukan satu sama lain dengan penuh cinta, dan kasih sayang, serta merangkul semua orang sebagai saudara, terlepas dari perbedaan bahasa, keyakinan, ras, atau pendapat, karena itulah yang diperlukan sesuai dengan nilai-nilai moral Alquran dan sunah Rasulullah saw.

Editor: Pimgi Nugraha

Related Posts
Leave a Reply

Your email address will not be published.Required fields are marked *