Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar memiliki peran strategis dalam industri halal global. Namun kenyataannya, kontribusi produk halal Indonesia di pasar internasional masih tergolong minim.
Hal tersebut disampaikan oleh Anggota Dewan Pakar PP MES, Sapta Nirwandar, dalam talkshow Crack the Halal Code yang berlangsung di Grand Atrium, Kota Kasablanka, pada Sabtu (24/5).
Sapta menyoroti sejumlah tantangan yang membuat produk halal Indonesia belum mampu bersaing di pasar global. Menurutnya, salah satu hambatan utama adalah dominasi teori tanpa praktik nyata.
“Produk kita nggak bersaing. Kita kebanyakan teori, tapi minim praktik. Jangan mudah mengaku punya kuantitas, kalau isi dan kontribusinya masih minim,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menyatakan pentingnya pemahaman utuh terhadap konsep halalan thayyiban yang tidak hanya menekankan kehalalan secara hukum, tetapi juga kualitas dari produk itu sendiri.
“Halalan thayyiban itu bukan cuma soal halal, tapi juga harus baik dan berkualitas. Banyak produk kita yang belum memenuhi aspek ini,” jelasnya.
Chairman of Indonesia Halal Lifestyle Centre tersebut juga mengungkapkan bahwa pasar halal Indonesia masih minim karena harga produk yang tidak kompetitif sehingga tidak bisa bersaing di pasar global.
“Hal ini menjadi hambatan serius dalam mengembangkan potensi industri halal di tanah air yang sebenarnya sangat besar,” tuturnya.
Dengan adanya talkshow seperti ini, diharapkan para pelaku usaha dan pemangku kepentingan dapat lebih fokus pada pengembangan produk halal Indonesia yang unggul dari sisi kualitas dan daya saing harga di pasar global.
Penulis : Muhammad Lutfi N.S. | Editor : Herry Aslam Wahid
Sumber foto : Dokumentasi MES