Dalam upaya mendorong perencanaan keuangan yang efektif untuk mencapai tujuan finansial, Pengurus Daerah MES Pekalongan menyelenggarakan Financial Literacy for Women pada Kamis (29/8) di Aula Hotel KHAS, Pekalongan.
Mengusung tema “Keuangan Terencana, Keluarga Bahagia,” dalam kegiatan ini juga dilakukan simulasi dan praktik pembuatan laporan keuangan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing keluarga peserta.
Ketua Umum Pengurus Daerah MES Pekalongan, Ahmad Su’ud, dalam sambutannya mengingatkan bahwa meskipun tingkat literasi dan inklusi keuangan mengalami peningkatan, bukan berarti upaya peningkatan literasi keuangan tidak lagi penting untuk dilakukan.
“Justru ini penting untuk dilakukan secara berkelanjutan agar masyarakat lebih resisten terhadap berbagai kondisi ekonomi,” tegasnya.
Merujuk pada indeks literasi keuangan yang menunjukkan perempuan lebih unggul dibandingkan laki-laki, ia menyatakan bahwa perempuan memiliki peran yang sangat strategis, tidak hanya dalam mengelola keuangan keluarga tetapi juga sebagai sekolah pertama bagi anak-anak dalam mengajarkan edukasi keuangan.
Ia juga menyoroti tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia lebih tinggi dibandingkan literasi, menunjukkan banyak orang mengakses produk dan layanan keuangan tanpa pemahaman yang memadai.
“Kesenjangan ini menjadi perhatian pemangku kepentingan untuk menyeimbangkan antara literasi dan inklusi sehingga masyarakat Indonesia dapat masuk dalam kategori well literate,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala OJK Tegal, Novianto Utomo, dalam keynote speech-nya, menggarisbawahi bahwa dengan pemahaman yang baik tentang produk dan layanan keuangan, perempuan akan lebih siap dan percaya diri dalam mengambil keputusan finansial.
“Sesuai hasil survei Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah secara Nasional yang diselenggarakan OJK bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik tahun 2023, gap yang terjadi pada indeks Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah adalah sebesar 26,3 persen,” jelasnya.
Selain itu, menurutnya, tingkat indeks Literasi Keuangan Syariah yang baru mencapai 39,1 persen menunjukkan masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap produk-produk keuangan syariah yang ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah.
“Meskipun menabung tidak secara langsung membuat seseorang kaya, kebiasaan menabung secara rutin dapat menanamkan disiplin finansial,” ucapnya.
Ia juga mengingatkan untuk berhati-hati terhadap investasi yang tidak jelas dan berisiko tinggi yang dapat membawa kerugian besar. Hal ini, menurutnya, menjadi alasan pentingnya mengurangi kesenjangan antara inklusi dan literasi keuangan di masyarakat.
Kegiatan ini juga menghadirkan sesi simulasi dan praktik pembuatan laporan keuangan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing keluarga peserta. Dalam sesi ini, peserta diajarkan cara mencatat pemasukan dan pengeluaran, menyusun anggaran, serta mengidentifikasi pos-pos keuangan yang dapat dioptimalkan.
Penulis : Muhammad Lutfi N.S. | Editor : Herry Aslam Wahid
Sumber foto : Dokumentasi MES