OJK bersama BPS melaksanakan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 pada 9 Januari hingga 5 Februari di 34 provinsi dan 120 kabupaten/kota dengan total 10.800 responden berusia 15 hingga 79 tahun.
Survei yang ditujukan untuk mengukur indeks literasi dan inklusi keuangan penduduk Indonesia ini mencatat hasil indeks literasi keuangan sebesar 65,43 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen. Selain itu, survei ini juga mengukur literasi dan inklusi keuangan syariah, dengan hasil indeks literasi syariah sebesar 39,11 persen dan indeks inklusi syariah sebesar 12,88 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi, menjelaskan bahwa parameter survei literasi keuangan diukur berdasarkan pengetahuan, keyakinan, sikap, dan perilaku.
“Sementara inklusi keuangan diukur berdasarkan penggunaan produk dan layanan keuangan sesuai dengan indikator OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) atau INFE (International Survey of Financial Literacy),” lanjutnya.
Hasil survei ini, menurut Friderica, akan menjadi dasar bagi OJK dan pemangku kepentingan lainnya dalam menyusun kebijakan, strategi, serta merancang produk dan layanan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan konsumen untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.
“OJK akan semakin menggiatkan literasi dan inklusi keuangan baik konvensional maupun syariah sesuai dengan Peta Jalan Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen 2023-2027,” tandasnya.
Penulis : Muhammad Lutfi N.S. | Editor : Herry Aslam Wahid
Sumber foto : Indo Merdeka
