Erick Thohir kembali terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat MES periode 1446-1448 H dalam Munas VI MES yang berlangsung pada Minggu, 1 Oktober 2023 di Plaza Mandiri, Jakarta Selatan. Penetapan Erick Thohir sebagai Ketua Umum MES melalui keputusan rapat sembilan anggota tim formatur yang dipimpin langsung oleh Wakil Presiden RI, KH. Ma’ruf Amin selaku Ketua Dewan Pembina PP MES.
Pemilihan Ketua Umum MES dilakukan oleh tim formatur setelah menerima banyak masukan dari para pengurus dengan mempertimbangkan berbagai aspek terutama perihal komitmen terhadap organisasi dan keberlanjutan peran MES dalam usaha pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.
Anggota tim formatur, Iggi H. Achsien mengungkapkan bahwa MES selama tiga tahun terakhir di bawah kepemimpinan Erick Thohir telah bergerak dengan akseleratif melalui program kerja yang terstruktur dan terencana, baik dalam jangka pendek, panjang, maupun menengah.
“Dipilihnya kembali Pak Erick Thohir tentu berdasarkan beberapa pertimbangan yang matang dari seluruh tim formatur, salah satunya mengenai komitmen dan tanggungjawab beliau yang harus melanjutkan kembali legacy berbagai program kerja MES yang telah dan akan dilaksanakan di tahun-tahun mendatang”, papar Iggi.
Sementara itu, Erick dalam pidato sambutannya mengatakan bahwa dalam periode kepengurusan MES 1442-1445, masih banyak yang perlu dibenahi dan dikembangkan terutama kepada dirinya sebagai Ketua Umum.
“Saya merasa belum puas dengan kinerja yang kita lakukan saat ini karena banyak catatan yang perlu dibenahi, tentu ini juga ditujukan untuk diri saya sendiri”, papar Erick membuka sambutannya.
Erick mengatakan, ada dua momentum yang tidak mudah untuk dimaksimalkan apabila tidak dijadikan perhatian bersama melalui berbagai terobosan dan inovasi oleh seluruh pihak.
“Dari berbagai riset global, pada tahun 2040, Indonesia diindikasi tidak lagi menjadi negara muslim terbesar dunia karena berpotensi disalip oleh Pakistan dan India”, ujarnya.
Di sisi lain, Erick mengungkapkan pada tahun 2038, kondisi demografi negara kita akan seperti piramida terbalik karena generasinya diisi oleh usia tidak produktif sehingga terjadi perlambatan ekonomi. “Ini artinya, momentum dalam mengembangkan ekonomi syariah saat ini menjadi makin sempit”, tegas Erick.
Menurut Erick, ekonomi syariah seperti segelas air segar di tengah air laut. Ia menjadi solusi alternatif yang menawarkan akses ekonomi inklusif yang resilien di tengah sistem ekonomi konvensional.
“Untuk itu, peran MES, adalah untuk terus mengalirkan air segar tersebut. Memastikan agar peran ekonomi syariah semakin kuat dan punya kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional” tekan Erick.
Erick kemudian berkomitmen untuk menghadirkan ekosistem “Rumah Syariah”. Melalui peningkatan dan perluasan akses kepemilikan rumah/hunian bagi guru, pengajar, perawat, dan golongan masyarakat yang kurang mampu lainnya, terutama kalangan milenial dengan skema syariah.
“Saya berharap ini menjadi catatan besar, yang ingin membuat perbaikan itu. Kita harus punya rumah syariah. Di rumah itu kita bisa menyusun program dan sistem, tim dan database. Hal ini untuk mendukung kehadiran kebijakan yang nyata” ungkap Erick.
Erick juga berkomitmen untuk mendorong kebijakan yang dapat mengekspansi produk keuangan syariah untuk masuk ranah global. Sebagai catatan, Erick Thohir menyebutkan bahwa saat ini, BSI telah masuk sebagai 12 Bank Syariah terbesar di Dunia.
“Keberpihakan menjadi keharusan. Kita tidak ingin ekonomi kita terus tumbuh tapi kesenjangan terus terjadi. Di situlah kita (MES) hadir di tengah masyarakat untuk menjadi solusi” kata Erick.
Erick menegaskan komitmennya untuk memperluas dan mempermudah aksesibilitas pengusaha daerah terhadap pendanaan dalam pengembangan usaha. Hal inilah yang akan ditawarkan MES untuk 5 tahun ke depan.
Erick kemudian mengajak semua pihak untuk bersama MES menghadirkan program-program kolaboratif yang dapat menguatkan peran ekonomi syariah dalam mewujudkan kesejahteraan umat, meningkatkan kualitas dan kapasitas usaha halal, dan mendorong ekosistem halal yang berdaya saing di tingkat global.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Neneng Herbawati