Stabilitas atau Pertumbuhan?

Stabilitas atau Pertumbuhan?

Oleh Bambang Saputra (Sekretaris Umum MES Balikpapan)

Bank Indonesia (BI) tetap percaya diri kembali menahan suku bunga acuan 3,5 persen. BI melihat tidak ada urgensi yang mendesak untuk ikut menaikkan suku bunga acuan. Kepercayaan diri BI ditegaskan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo. ”Keputusan ini sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar, serta tetap mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah naiknya tekanan eksternal terkait dengan meningkatnya risiko stagflasi di beberapa negara.”

Masalahnya, kondisi ekonomi dunia kini kian memburuk yang akan berdampak pada stabilitas. Inflasi global yang semakin tidak terkendali. Tekanan inflasi terbesar datang dari harga minyak bumi, pun kenaikan harga pangan akibat faktor global perang Rusia-Ukraina dan lokal musiman.

Hal ini mendorong The Federal Reserve (The Fed) secara ekstrim kembali menaikkan suku bunga acuan, demi menjinakkan ganasnya inflasi di Amerika Serikat. Mengingat The Fed sebagai penentu utama stabilitas pasar dunia, kebijakan ini tentunya berdampak pada pasar finasial yang bergejolak.  

Berita terkait  Riset Pengembangan Produk Halal di Thailand: Menyelusuri Kota dengan Wisata dan Kulinernya

Dalam kondisi ini, pilihan BI untuk menahan atau menaikkan suku bunga acuan memang sangat sulit bahkan pahit. Menahan bunga bisa sangat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi. Tetapi risikonya juga amat besar, yang mengancam nilai tukar dan inflasi yang tidak terkendali.  

Menaikkan bunga memang dapat menahan kaburnya dana investasi ke luar negeri dan meredam inflasi. Ada tambahan insentif bagi investor untuk bertahan di sini. Namun efek samping bunga tinggi bisa sangat menyakitkan ekonomi. Harga segala macam kredit akan naik. Kamampuan konsumen mencicil utang, dari pinjaman rumah sampai kredit kendaraan bakal menurun. Hal ini akan menekan permintaaan dan pada akhirnya mengerem pertumbuhan ekonomi.

Bauran kebijakan BI untuk seimbangkan pro-stabilitas dan pro-pertumbuhan pada kondisi sekarang tidak efektif untuk dijalankan. Pada pilihan memilih, hemat penulis stabilitas lebih prioritas dibandingkan dengan pertumbuhan. Hal ini berdasarkan pertimbangan kaidah fikih yang berbunyi “dar’ul mafaasid muqaddamun alaa jalbil mashaalih”, menghindari keburukan itu harus lebih didahulukan daripada meraih kebaikan. Menjaga stabilitas lebih utama daripada mengejar petumbuhan.

Berita terkait  Tekan Angka Kemiskinan, MES Banyumas Selenggarakan Workshop Pemberdayaan Perempuan

Pilihan BI untuk menahan suku bunga menimbulkan risiko besar nilai tukar rupiah yang bisa terlanjur jatuh dalam dan inflasi terbang tinggi. Kondisi seperti ini yang terjadi pada The Fed sekarang yang harus menaikkan bunga lebih agresif sehingga ekonomi melambat lebih dalam.

Upaya untuk menjaga pertumbuhan ekonomi bukan tugas utama BI. Tugas utama kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilitan itu mencakup dua hal: nilai tukar rupiah dan inflasi. Semua terpulang ke BI, kita tunggu saja.

Editor: Pimgi Nugraha

Related Posts
Leave a Reply

Your email address will not be published.Required fields are marked *