Dewan Pakar MES Bahas Strategi Penguatan Ekosistem Wakaf Produktif

Dewan Pakar MES Bahas Strategi Penguatan Ekosistem Wakaf Produktif

Dewan Pakar Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah (PP MES) kembali menyelenggarakan forum Muhadatsah Dewan Pakar edisi kedua pada Sabtu, 7 Agustus 2021 dengan mengangkat tema ”Pengembangan ISF (Wakaf Produktif) Melalui Transformasi Digital dan Penguatan Ekosistem: “Transformasi Perwakafan Menuju Ekonomi Berkelanjutan”.

Tema tersebut diangkat untuk merespon sejumlah isu tantangan dalam mengoptimalkan potensi wakaf di Indonesia, diantaranya terkait strategi pengembangan wakaf produktif dengan memanfaatkan transformasi digital serta pembangunan ekosistem wakaf produktif yang komprehensif untuk pemberdayaan ekonomi umat.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo selaku Ketua Dewan Pakar PP MES yang hadir memberikan arahan menjelaskan terkait empat rancangan penting guna memobilisasi potensi wakaf produkti di Indonesia, yaitu merancangan dan mengimplementasikan proyek kauangan sosial yang berdampak pada kemajuan ekonomi keuangan syariah secara umum, membentuk kolaborasi dan sinergi yang intens dengan sektor keuangan syariah komersial, mendesain digitalisasi pada proses penghimpunan dan penyaluran dari wakaf produktif, serta kampanye terstruktur dan terencana dengan melibatkan berbagai pihak.

“Semua itu perlu kita lakukan secara berjamaah agar wakaf produktif bisa menjadi instrumen keuangan yang dapat mendorong kesejahteraan secara berkelanjutan bagi umat” ujar Perry.

Hadir sebagai nara sumber antara lain Ketua Dewan Pelaksana Badan Wakaf Indonesia yang juga merupakan anggota Dewan Pembina PP MES; Prof. Dr. Mohammad Nuh, Ketua Forum Wakaf Produktif; Bobby P. Manulang, serta dipandu oleh Dewan Pakar PP MES; Imam Teguh Saptono selaku moderator. Sementara itu, bertindak sebagai penanggap utama dalam sesi diskusi, yaitu anggota dewan pakar PP MES; Prof. Dian Masyita dan Ilham Akbar Habibie, serta Sekretaris Jendral MUI yang juga Ketua Majelis Wakaf PP Muhammadiyah; Amirsyah Tambunan.

Mohammad Nuh yang menjadi narasumber pertama dalam penyampaiannya mengaku optimis dengan perkembangan wakaf produktif di Indonesia. Menurutnya sektor perwakafan di Indonesia telah memasuki era baru di mana semua pihak mulai berkontribusi dalam pengembangannya sehingga menjadi arus keuangan sosial yang berdampak secara parsial bagi masyarakat. Meski begitu pihaknya menilai masih ada
sejumlah tantangan terutama pada sisi pengelolaannya, oleh karena itu peran nadzir menjadi sangat penting.

“Nadzir memiliki peran penting karena berperan sebagai jembatan yang menghubungkan wakif dan mauquf alaih. Oleh karena itu, kami telah menyediakan pusat pelatihan nadzir di berbagai universitas dan sertifikasi, agar nadzir dapat mengelola wakaf secara professional” jelas Mohammad Nuh.

Adapun Bobby dalam penyampaian materinya menjelaskan terkait minimnya literasi seputar wakaf di tengah masyarakat. Banyak masyarakat masih mengidentikan wakaf hanya pada 3 M, yaitu masjid, makam, madrasah. “Berbicara wakaf, program literasi dan edukasi yang inklusif menjadi agenda yang wajib dan perlu dilakukan secara konsisten” papar Bobby.

Bobby kemudian menerangkan pentingnya empat transformasi pada wakaf produktif, di antaranya pengembangan literasi yang kompreshensif, transformasi pada proses fundraising, pentingnya manajemen yang berorientasi pada pengembangan aset, serta proses monitoring dan reporting pada aset wakaf.

Forum kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanggapan dari para penanggap utama. Dalam menanggapi penyampaian dari kedua narasumber, para penanggap utama secara bergantian memberikan respon dan sarannya masing-masing.

Ilham Akbar Habibie yang berkesempatan menjadi penanggap utama pertama mengusulkan tiga hal penting dalam proses pengembangan wakaf di Indonesia. “Ada tiga saran yang menurut saya perlu diperhatikan. Pertama pengembangan digitalisasi wakaf yang memperhatikan secara khusus aspek sosial, budaya dan peradaban. Kedua perlunya konsep kemitraan bisnis yang berkesinambungan dari pihak ketiga. Serta terkahir penguatan pada inovasi yang berkelanjutan di bidang teknologi” papar Akbar.

Sementara itu, Prof. Dian Masyita menjelaskan bahwa potensi dari wakaf sangat besar namun belum digali secara maksmal. “Sektor wakaf produktif perlu terobosan dan cara khusus yang konstruktif. Kita perlu memahami karakter dari wakif di Indonesia, mulai dari motivasi, budaya dan perilaku agar manfaat dari wakaf bisa tersampaikan dengan baik. Selain itu, menyiapkan nadzir yang memiliki jiwa enterpreneurship merupakan unsur penting dalam pengelolaaan wakaf produktif” terang Dian.

Menurutnya, kombinasi wakif yang paham dengan wakaf dan nadzir yang memiliki jiwa entrepreneurship, serta peran dari lembaga terkait lainnya akan menciptakan ekosistem perwakafan yang kuat dan berkelanjutan.

Di sisi lain, senada dengan Dian, Amirsyah Tambunan dalam tanggapannya juga menyebutkan bahwa saat ini wakaf memang memiliki potensi yang ideal namun belum menunjukan perannya secara aktual. “Masih banyak masyarakat yang mengelola wakaf secara tradisional dan minim dengan perencanaan yang baik. Tidak heran bila di
masyarakat masih banyak yang menganggap wakaf hanya berkutat dengan masjid dan makam” terang Amir.

Berbagai masukan dan gagasan yang dihasilkan dalam forum Muhadatsah kali ini diharapkan dapat menjadi kontribusi postif bagi penyusunan strategi yang futuristik terkait penguatan dan pengembangan wakaf produktif berbasis digital di Indonesia.

Berita terkait  Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Related Posts
Leave a Reply

Your email address will not be published.Required fields are marked *