Jakarta – Pasar Modal Indonesia mengalami tekanan sejak awal tahun 2020 seiring dengan sentimen negatif secara global yang diakibatkan meluasnya pandemi Covid-19 yang hingga saat ini masih berlangsung. Melihat kondisi tersebut, pada Senin (20/4) Pengurus Pusat MES kembali menyelenggarakan Sharia Online Talk Series ke 3 dengan tema “IHSG Turun, Investor Syariah Harus Bagaimana?”. Acara ini bertujuan memberikan pemahaman dan menjawab kekhawatiran para investor ditengah ketidakpastian ekonomi global.
Narasumber Pengurus Pusat MES, Prita Ilham Poempida di awal diskusi menjelaskan beberapa indikator penyebab pasar modal Indonesia menyentuh level terendahnya. “Sebenarnya pasar modal kita sudah mencerminkan penurunan di awal tahun dan banyaknya sentimen negatif sebelum adanya Covid-19. Misalnya kinerja investasi yang tidak bijak, adanya kesalahan manajemen dari BUMN seperti kasus Jiwasraya, penurunan harga minyak dan ditambah lagi di bulan Maret ketika presiden mengumumkan secara resmi virus Corona masuk ke Indonesia, nah dari sini semakin memperburuk pasar modal Indonesia. “ Jelas Prita
Menurutnya pasar modal syariah Indonesia memiliki stabilitas yang mumpuni dan cenderung bersifat defensif. “Pada tahun 2019, performa dari indeks syariah lebih bagus daripada indeks konvensional atau IHSG karena kalau kita investasi di pasar modal syariah itu isinya saham yang sifatnya lebih defensif dan cocok untuk kondisi ekonomi yang tidak menentu, tapi sayangnya menurut presiden dan kementerian keuangan ekonomi kemarin memaparkan bahwa kondisi ekonomi akan mengalami resesi yang cukup parah, hal tersebut tentu berimbas pada sektor pasar modal syariah, karena bagaimanapun juga ini berdampak pada keseluruhan lini.” imbuhnya
Lebih lanjut, wanita yang juga menjabat sebagai CMO PT. Solusi Syariah ini cukup menyayangkan kondisi pasar modal Indonesia yang masih dikuasai oleh asing karena masyarakat Indonesia masih pasif dalam berkontribusi di pasar modal Indonesia. “Transaksi pasar saham sayangnya masih dikuasai oleh asing, karena tidak semua masyarakat Indonesia aktif di saham.” Ujarnya.
Sementara itu, tindakan panic selling oleh investor asing juga mempengaruhi kondisi pasar modal Indonesia yang semakin menyentuh pada level terendah. “Dari awal tahun investor asing sudah melakukan net penjualan sekitar 14 triliun, biasanya transaksi saham itu 7 triliun per hari, dan setiap hari net sell asing itu antara 400-600 miliar, jadi ini menjadi kabar buruk terus menerus.” Paparnya
Dari diskusi ini pihaknya menyarankan para investor pemula untuk tidak panik dalam menyikapi kondisi sekarang dan melakukan beberapa riset di beberapa platform. “Makanya saya sarankan penting banget dalam keadaan begini jangan panik, walupun dalam keadaan seperti saat ini tidak mudah untuk tidak panik, karena berita buruknya tidak hanya di sektor keuangan saja. Jadi untuk para pemula saya sarankan jangan langsung beli saham tapi bisa dicoba terlebih dahulu meneliti produk reksadana.” Jelasnya
Selain melakukan riset di berbagai platform, para investor juga dimudahkan dengan adanya JII (Jakarta Islamic Index) yang menawarkan 30 saham syariah yang melibatkan DSN MUI dan OJK dalam pengawasannya. “Kalian bisa membeli di JII yang jumlah sahamnya hanya 30, setiap tahun terdapat dua kali review oleh DSN dan diawasi OJK untuk diketahui apakah produk ini capable atau worth it. Jadi kalau kita tidak ingin susah kita bisa pilih di JII dan kalau di JII itu pasti saham blue chip dan syariah.” imbuh Prita
Diakhir sesi diskusi, Prita menekankan bahwa syariah tidak hanya berlaku untuk muslim, pasar modal syariah bisa ditransaksikan oleh keseluruhan masyarakat dan perbedaan mendasar dari sistem konvensional adalah akad serta prinsipnya. “Untuk teman-teman saham syariah ini tidak hanya muslim saja, karena saya dulu waktu kerja di manajer investasi banyak nasabah saya orang Tioghoa, mereka melakukan diversifikasi dalam portofolio investasinya. Jadi buat investor yang ingin nabung dalam jangka panjang, bagus banget untuk beli reksadana saham syariah atau investasi di saham syariah. Yang membedakan di pasar modal syariah adalah akad dan prinsipnya untung sama untung.” Pungkasnya.
Diskusi yang berlangsung selama 1 (satu) jam ini dilakukan secara live streaming melalui platform instagram dengan jumlah peserta mencapai 45 orang.