Membedah Dapur Penerbitan Sukuk Negara

Membedah Dapur Penerbitan Sukuk Negara

Durham, UK – Kamis (23/01), Pengurus Wilayah Khusus MES United Kingdom (MES UK) mengadakan Sukuk Talk Series dengan mengusung tema “Proses Penerbitan Sukuk dan Tantangannya”.

Seksi Analisis Kesesuaian Syariah dan Dokumen Hukum Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) DJPPR Kementerian Keuangan, Rhiry Adam Renata  yang juga merupakan kandidat master Islamic Finance di Durham University Business School hadir sebagai narasumber. Acara ini dipandu oleh Ketua Umum MES UK, Wahyu Jatmiko. Selain dihadiri oleh para mahasiswa Indonesia di Durham, acara ini juga disiarkan secara langsungmelalui laman Facebook MES UK.

Berlokasi di Durham University Business School, UK, diskusi selama satu setengah jam ini fokus membahas penerbitan Sukuk pemerintah atau yang sering disebut dengan SBSN. Wahyu mengungkapkan alasan MES UK mengangkat tema ini “karena banyak orang yang menilai Sukuk dari luarnya saja, menyamakannya dengan obligasi tanpa mengetahui fakta perbedaan mendasar pada proses penerbitannya” ungkapnya.

Berita terkait  Investree Rambah Layanan Keuangan Digital Berbasis Syariah

Menurut Rhiry mengetahui proses yang terjadi di dapur penerbitan Sukuk sangat penting untuk dapat dengan bijak menilai aspek kesyariahan salah satu produk utama keuangan Islam. “Sebelum terbit setidaknya Sukuk harus melewati 6 (enam) proses yang sangat ketat, mulai dari penentuan jenis dan pembentukan struktur akad, identifikasi underlying assets, penentuan metode penerbitan, penyiapan dokumen, review dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) dan penerbitan opini kesyariaahan produk.” paparnya.

Berbeda dengan obligasi, Rhiry mengatakan “Sukuk harus memiliki underlying assets yang jelas dan halal, berasal dari BMN atau Barang Milik Negara, proyek pemerintah atau kombinasi keduanya” ucapnya. Proses penentuan underlying assets ini pun tidak sebentar, selain harus mendapatkan daftar aset dan proyek pemerintah dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), DJPPR harus melibatkan konsultan hukum untuk memastikan kelaikan asset.

Rhiry memberikan contoh proses lain yang sangat berbeda dengan obligasi adalah permintaan review dan opini fatwa kepada DSN. “Proses ini sering kali alot, menakutkan seperti sidang skripsi,” tutur Rhiry. Untuk memastikan aspek kesyariaahan produk, tim bisa bertemu dengan DSN berkali-kali mengajukan revisi atas proposal-proposal sebelumnya.

Berita terkait  Capai 200 Juta Donasi Melalui Konser Virtual

Terakhir, Rhiry mengungkapkan tantangan-tantangan yang dihadapi dalam penerbitan Sukuk pemerintah. “Diatara tantangan tersebut adalah keterbatasan underlying assets, kompleksitas penyusunan struktur akad baru, rendahnya likuiditas pasar sekunder, investor cenderung buy-and-hold, pemahaman masyarakat yang masih rendah dan perbedaan school of thoughts dalam fikih” ungkapnya.

Dengan dibahasnya dapur dari penerbitan Sukuk negara ini, Wahyu berharap masyarakat bisa tercerahkan terkait proses-proses penting yang informasinya tidak mudah ditemui. “Masyarakat seringkali menganggap Sukuk tidak berbeda dengan obligasi, karena anggapan tidak adanya asset rill yang mendasari transaksi” pungkas Wahyu.

Kedepannya, MES UK akan terus mewadahi diskusi terkait dengan Sukuk. Yang terdekat adalah Sukuk Talk Series 2 tentang “Green Sukuk dan Pembangunan Indonesia yang Berkesinambungan” yang akan dilaksanakan pada bulan Februari 2020 mendatang.

Related Posts
Leave a Reply

Your email address will not be published.Required fields are marked *